1 jam lewat 43 menit saya menunggu bis berwarna merah terang bertuliskan “Agramas” di depan jalan raya Serpong. Kondisi fisik mulai melemah, kaki seakan minta istirahat. Kala itu saya sedang jongkok sambil menyeruput kopi yang baru saja dipesan.
Terdengar suara menggema yang semakin lama semakin mendekat “Bekasi, Jati Asih, Veteran ayo bu.”
Langsung saja saya tinggalkan kopi yang masih banyak itu dan berlari mendekati suara itu, suara itu berasal dari mulut kondektur bis Agramas. “HAP !!” saya meloncat ke pijakan kaki di bis tersebut, dan hanya terdiam disitu, kondisi bis sedang penuh karena saat itu jam pulang kerja.
Seketika pintu yang berada di belakang saya di tutup, kaki nyaris terjepit. Saya paksakan badan saya yang sudah mengeluarkan wangi kurang sedap akibat menunggu di bawah terik matahari. Jalan raya serpong telah di lalui bis ini, BSD, dan jalan Veteran juga terlewati bis ini bersama saya di dalamnya. Tidak juga saya mendapat tempat duduk untuk mengistirahatkan tubuh ini.
Selama perjalanan saya terus menerus memantau perkembangan jalan lewat jejaring sosial Twitter. Menurut laporan dari akun twitter detik.com jalan tol Cilandak mengalami longsor akibat curah hujan yang menerpa Jakarta beberapa waktu ini. Saya segera menyampaikan hal ini kepada kondektur yang ikut berdiri tepat di belakang saya.
Kondektur bergegas melaporkan ke pak Supir yang kelihatan sudah mulai kelelahan. Tidak lama kemudian kondektur itu menawarkan kepada para penumpang jika bersedia jika bis ini memutar haluan menuju Tanah Kusir guna menghindari longsor tersebut yang berpotensi macet panjang.
“aah mana longsor, gak ada mas jalan aja lewat JORR lancar” ujar seorang bapak-bapak mengenakan topi bertuliskan I LOVE SINGAPORE.
Penumpang lain tidak menggubris pernyataan bapak tersebut termasuk saya yang hanya terdiam, supir pun tetap berada pada jalur seperti biasanya. Tidak sampai 10 menit kendaraan beroda 6 ini berhenti. Di depan sudah berjejer mobil-mobil yang juga berhenti, raut muka sang supir sudah terlihat kesal seakan ingin teriak.
Seorang wanita mengenakan kerudung warna hijau dan seragam batik dengan bawahan rok berwarna hitam sepanjang mata kaki berseru “Pan udah bilang tadi macet, gak percaya sih, kapan sampe rumah kalo begini ceritanya”.
Seorang wanita mengenakan kerudung warna hijau dan seragam batik dengan bawahan rok berwarna hitam sepanjang mata kaki berseru “Pan udah bilang tadi macet, gak percaya sih, kapan sampe rumah kalo begini ceritanya”.
“Yaudah bu mau diapain, maklum namanya juga Jakarta” ujar saya kepada orang itu.
Kondisi bis yang padat membuat saya sulit bernafas bebas, kaki yang sejak tadi belum di istirahatkan seakan memaksa saya untuk istirahat, terlihat di belakang dekat tangga masuk ada celah kosong untuk duduk.
Saya memaksakan diri untuk duduk disitu dan sukses, sambil memasang headset di telinga, saya memejamkan mata sejenak. Tidak lama setelah itu saya terbangun dan sontak melihat jam tangan, waktu menunjukan pukul 7 malam. Sudah 1 jam 30 menit saya berada di bis ini, tetapi baru setengah perjalanan saya lalui untuk sampai di Jati Asih, Bekasi.
Bis pun menurunkan beberapa penumpang di jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Akhirnya saya sukses mendapatkan tempat duduk yang layak tepat dibawah AC yang sedang menyala kencang. Sekeliling saya banyak yang tidur, dari yang tua sampai anak-anak banyak yang tidur. Tertular karena melihat banyak yang pulas, saya ikut tertidur juga.
“Yooooooooo Jati Asih, Jati Asih, Jati Asih, Komsen, Jatih Asih yooooo”. Dengan kondisi lemas saya bergegas menuju pintu keluar. Si Kondektur menghentikan langkah saya dan berkata “Mas, ongkosnya mas”
“Wooo iya, maaf mas lupa” jawab saya sambil mengeluarkan selembar uang 10.000 rupiah.
“Gak apa-apa mas” ucap si kondektur sambil senyum seadanya.
Setelah turun dari bis itu saya mencari tukang Ojek, seharusnya saya menaiki angkutan umum terlebih dahulu agar lebih irit, namum karena malas menunggu saya memilih untuk naik ojek agar cepat sampai tujuan.
Jalan Melati 2, nomor 65 rumah dengan cat kuning dan posisi lampu yang belum menyala saya turun dari ojek. Seekor anjing gendut menggonggong menyambut kedatangan saya dan menjilati tangan saya.
Pintu saya buka dengan kunci cadangan yang saya bawa, lalu menyalakan lampu luar dan segera bergegas ke lantai 2. Saya membuka pintu dengan stiker club Manchester United menempel diatasnya. Segera saya melompat ke ranjang kesayangan dan memeluk bantal guling yang saya beri nama Robertus.
Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang - 11140110064